Kamis, 02 Juni 2016

Kesehatan Mental - Baby Blues Syndrome

“Baby Blues Syndrome”
Oleh :
Lausendha Rastra Ahnie          (16514006)
Risky Andita Putri                  (19514507)
2PA05
Hampir 50% ibu mengalami rasa sedih dan khawatir pasca melahirkan. Kondisi ini dinamakan sebagai Baby Blues Syndrome. Baby Blues Syndrome yang biasa juga dikenal sebagai Postpartum Distress Syndrome merupakan suatu kondisi dimana muncul perasaan gundah gulana atau adanya perasaan sedih yang di alamai oleh para ibu pasca melahirkan.
Kondisi ini biasanya terjadi pada 14 hari pertama pasca melahirkan dan cenderung memburuk pada 3 ata 4 hari pasca melahirkan. Namun jika ibu mengalami kondisi yang sama melebihi batas normal 2 minggu, maka baiknya ibu berkonsultasi dengan dokter, karena di khawatirkan mengalami Postpartum Depression.
Apa Beda Baby Blues Syndrome dengan Postpartum Depression?
Perbedaan keduanya terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya gejala-gejala di atas. Pada Postpartum Depression, Anda akan merasakan berbagai gejala tersebut lebih sering, lebih hebat, serta lebih lama.
Bagaimana cara membedakannya?
Sebenarnya caranya mudah. Salah satunya adalah dengan memperhatikan pola tidur si ibu. Jika ketika ada orang lain menjaga bayi, si ibu bisa tertidur, maka besar kemungkinan si ibu hanya menderita Baby Blues Syndrome (BBS). Namun jika si ibu sangat sulit tertidur walaupun bayinya dijaga oleh orang lain, maka mungkin tingkat depresinya sudah termasuk kedalam Postpartum Depression (PPD).
Apa Penyebab PPD?
Walaupun hingga artikel ini ditulis tidak ada yang tahu pasti penyebab timbulnya PPD, namun berbagai faktor berikut sepertinya sangat berpengaruh:
·         Perubahan hormon si ibu
·         Tekanan menjadi ibu baru
·         Ada sejarah keluarga terkait dengan depresi
·         Kurangnya bantuan ketika melahirkan
·         Merasa terisolasi
·         Kelelahan

Apa Penyebab Baby Blues Syndrome?
Banyak kalangan menilai bahwa hormon adalah faktor yang menyebabkan ibu mengalami baby blues syndrome. Pada saat kehamilan, ibu banyak mengalami perubahan besar baik fisik maupun non fisik termasuk di dalamnya perubahan hormon. Begitu juga pasca melahirkan, perubahan tubuh dan hormon kembali terjadi lagi. Perubahan-perubahan yang kembali terjadi pada diri anda akan sangat mempenngaruhi perasaan ibu. Penurunan secara drastis kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di produksi oleh kelenjar tiroid akan menyebabkan ibu sering mengalami rasa lelah, depresi dan penurunan mood.
Selain hormon, hadirnya si kecil yang harus betul-betul diawasi, dipenuhi perhatiannya, diasuh siang dan malam banyak menguras tenaga ibu, sehingga ibu mengalami keletihan dan kurang waktu istirahat. Perubahan pola hidup ini juga sebagai faktor banyak ibu pasca melahirkan mengalami depresi. Selain itu kecemasan yang menghantui para ibu, kecemasan akan masa depan anak, kecemasan apakah mampu atau tidaknya membesarkan anak dengan baik, dan kecemasan lainnya yang menghantui ibu juga bisa memicu baby blues syndrome.
Ibu yang mengalami Baby Blues Syndrome biasanya akan mengalami gejala-gejala:
·         Rasa sedih dan depresi memenuhi perasaan ibu hingga menyebabkan ibu sering menangis
·         Emosi sangat labil, mudah marah, gampang tersinggung dan sering hilang rasa sabarnya.
·         Kerap kali ibu merasa kelelahan dan sering dihinggapi sakit kepala
·         Sering merasa kurang percaya diri
·         Sering mengalami rasa cemas
·         Mengalami kesulitan dalam berisitirahat atau susah tidur
·         Sering mengalami rasa takut akan berbagai hal

Seperti yang dialami seorang ibu dalam contoh kasus dibawah ini :
Aruni, anak pertama Melati (29), sudah berusia satu tahun. Namun Melati masih sering merasa bayi itu tiba-tiba terlepas dari pelukannya saat Melati berdiri di ketinggian. Padahal dia tidak sedang menggendongnya. Namun Melati merasa bayangan itu adalah kenyataan.
Kalau perasaan itu datang, keringat dinginnya mengalir. Tak mudah bagi Melati menghilangkan bayangan mengerikan itu meski hal mengerikan lainnya sudah ia lewati.
“Waktu Aruni masih lebih kecil, saya sering membayangkan ada pisau menancap di perutnya,” ujar Melati. Bayangan tentang pisau yang menancap di perut sebenarnya sudah mulai mengganggu ketika usia kandungannya semakin tua.
Perasaan tidak menentu menyertai Melati seusai kelahiran Aruni. Yang dominan, rasa ingin marah terus. “Saya kasihan pada suami karena ia sudah berusaha keras untuk membantu, termasuk bangun malam. Tapi sedikit saja kekeliruan bisa membuat saya meledak,”  kenang Melati.
Tak jarang Melati merasakan banyak kekhawatiran; khawatir tak bisa menjadi ibu yang baik dan lain-lain. Juga rasa sedih yang tak tentu sebab. Kadang ia merasa berada di padang luas tanpa batas. Sendirian. Sunyi. Perasaan kosong yang teramat dalam, yang tak pernah bisa ia bagi kepada siapa pun.
Dampak Baby Blues Syndrome Kepada Anak
Meskipun bisa hilang dengan sendirinya, ibu yang depresi karena baby blues dapat memberikan dampak negatif pada anak jika tidak segera ditangani.
Ø  Masalah perilaku
Anak-anak dari ibu yang depresi lebih memungkinkan memiliki masalah perilaku, termasuk masalah tidur, tantrum, agresi, dan hiperaktif.
Ø  Perkembangan kognitif terganggu
Anak nantinya mengalami keterlambatan dalam bicara dan berjalan jika dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak depresi. Mereka akan mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah.
Ø  Sulit bersosialisasi
Anak-anak dari ibu yang depresi mengalami kesulitan membangun hubungan dengan orang lain. Mereka sulit berteman atau cenderung bertindak kasar.
Ø  Masalah emosional
Anak-anak dari ibu yang depresi merasa rendah diri, lebih sering merasa cemas dan takut, lebih pasif, dan kurang independen.
Jika Anda menderita depresi karena baby blues, jangan merasa bersalah atau malu. Gejala-gejala baby blues berada di luar kendali dan tidak membuat Anda menjadi orangtua yang buruk. Akan tetapi mengingat dampak yang terjadi pada anak jika dibiarkan berlarut-larut, penting untuk segera mencari bantuan dari dokter atau psikolog.
Hal yang bisa dilakukan oleh Suami
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh suami saat istri mengalami baby blues? Ini jawabannya.
Ø  Ajak istri bicara
Jika Anda merasa istri menderita gejala-gejala tersebut, hal berikutnya yang harus dilakukan adalah bicara dengannya. Dorong istri untuk berbagi perasaan. Istri butuh diyakinkan bahwababy blues bukanlah kesalahannya. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional dari pasangan merupakan faktor penting dalam pemulihan dari depresi pasca-melahirkan.
Ø  Perlakukan istri dengan lembut
Kak Seto menyarankan agar para suami menghadapi istri dengan tenang dan sabar. “Bimbing istri agar lebih realistis dalam menghadapi masalah. Jangan mudah terpancing emosi apalagi sampai menggunakan kekerasan. Saat istri-istri marah-marah, suami harus banyak mengalah,” terangnya.
Ø  Melakukan kiat-kiat untuk meminimalisir akibat dari baby blues syndrome
Baby Blues Syndrome memang bisa dikatakan gejala normal ibu pasca melahirkan. Namun kondisi tersebut cukup menyiksa bagi ibu. Oleh karena itu di perlukan kiat-kiat untuk menghindari atau meminimalisir kondisi akibat baby blues syndrome tersebut.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
·     Lakukan persiapan yang matang sebelum melahirkan. 
·       Lengkapi pengetahuan ibu akan perawatan dan kesehatan seputar bayi.
·       Support dari keluarga sangat penting terutama dari suami guna menghindarkan ibu terkena baby blues syndrome.
·       Berisitirahatlah selagi kesempatan untuk beristirahat itu ada.
·   Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu yang lain dipercaya dapat mengurangi beban ibu pasca melahirkan.
·         Perhatikan pola makan anda. jaga kebutuhan nutrisi dan vitamin bagi ibu.
·         Be positif.