“Baby Blues Syndrome”
Oleh :
Lausendha Rastra Ahnie (16514006)
Risky Andita Putri (19514507)
2PA05
Hampir 50% ibu mengalami rasa sedih dan khawatir pasca
melahirkan. Kondisi ini dinamakan sebagai Baby Blues Syndrome. Baby Blues Syndrome
yang biasa juga dikenal sebagai Postpartum Distress Syndrome merupakan suatu
kondisi dimana muncul perasaan gundah gulana atau adanya perasaan sedih yang di
alamai oleh para ibu pasca melahirkan.
Kondisi ini biasanya terjadi pada 14 hari pertama pasca
melahirkan dan cenderung memburuk pada 3 ata 4 hari pasca melahirkan. Namun
jika ibu mengalami kondisi yang sama melebihi batas normal 2 minggu, maka
baiknya ibu berkonsultasi dengan dokter, karena di khawatirkan mengalami
Postpartum Depression.
Apa Beda Baby Blues Syndrome dengan Postpartum
Depression?
Perbedaan
keduanya terletak pada frekuensi, intensitas, serta durasi berlangsungnya
gejala-gejala di atas. Pada Postpartum Depression, Anda akan
merasakan berbagai gejala tersebut lebih sering, lebih hebat,
serta lebih lama.
Bagaimana cara membedakannya?
Sebenarnya
caranya mudah. Salah satunya adalah dengan memperhatikan pola tidur si ibu. Jika
ketika ada orang lain menjaga bayi, si ibu bisa tertidur, maka besar kemungkinan
si ibu hanya menderita Baby Blues Syndrome (BBS). Namun jika si
ibu sangat sulit tertidur walaupun bayinya dijaga oleh orang lain, maka mungkin
tingkat depresinya sudah termasuk kedalam Postpartum Depression (PPD).
Apa Penyebab PPD?
Walaupun
hingga artikel ini ditulis tidak ada yang tahu pasti penyebab timbulnya PPD,
namun berbagai faktor berikut sepertinya sangat berpengaruh:
· Perubahan hormon si ibu
· Tekanan menjadi ibu baru
· Ada sejarah keluarga terkait dengan depresi
· Kurangnya bantuan ketika melahirkan
· Merasa terisolasi
· Kelelahan
· Perubahan hormon si ibu
· Tekanan menjadi ibu baru
· Ada sejarah keluarga terkait dengan depresi
· Kurangnya bantuan ketika melahirkan
· Merasa terisolasi
· Kelelahan
Apa Penyebab Baby Blues Syndrome?
Banyak kalangan menilai bahwa hormon
adalah faktor yang menyebabkan ibu mengalami baby blues syndrome. Pada saat
kehamilan, ibu banyak mengalami perubahan besar baik fisik maupun non fisik
termasuk di dalamnya perubahan hormon. Begitu juga pasca melahirkan, perubahan
tubuh dan hormon kembali terjadi lagi. Perubahan-perubahan yang kembali terjadi
pada diri anda akan sangat mempenngaruhi perasaan ibu. Penurunan secara drastis
kadar hormon estrogen dan progesteron serta hormon lainnya yang di produksi
oleh kelenjar tiroid akan menyebabkan ibu sering mengalami rasa lelah, depresi
dan penurunan mood.
Selain hormon, hadirnya si kecil yang
harus betul-betul diawasi, dipenuhi perhatiannya, diasuh siang dan malam banyak
menguras tenaga ibu, sehingga ibu mengalami keletihan dan kurang waktu
istirahat. Perubahan pola hidup ini juga sebagai faktor banyak ibu pasca
melahirkan mengalami depresi. Selain itu kecemasan yang menghantui para ibu,
kecemasan akan masa depan anak, kecemasan apakah mampu atau tidaknya
membesarkan anak dengan baik, dan kecemasan lainnya yang menghantui ibu juga
bisa memicu baby blues syndrome.
Ibu yang mengalami Baby
Blues Syndrome biasanya akan mengalami gejala-gejala:
· Rasa sedih dan depresi memenuhi perasaan ibu hingga menyebabkan ibu sering menangis
· Emosi sangat labil, mudah marah, gampang tersinggung dan sering hilang rasa sabarnya.
· Kerap kali ibu merasa kelelahan dan sering dihinggapi sakit kepala
· Sering merasa kurang percaya diri
· Sering mengalami rasa cemas
· Mengalami kesulitan dalam berisitirahat atau susah tidur
· Sering mengalami rasa takut akan berbagai hal
· Rasa sedih dan depresi memenuhi perasaan ibu hingga menyebabkan ibu sering menangis
· Emosi sangat labil, mudah marah, gampang tersinggung dan sering hilang rasa sabarnya.
· Kerap kali ibu merasa kelelahan dan sering dihinggapi sakit kepala
· Sering merasa kurang percaya diri
· Sering mengalami rasa cemas
· Mengalami kesulitan dalam berisitirahat atau susah tidur
· Sering mengalami rasa takut akan berbagai hal
Seperti yang dialami
seorang ibu dalam contoh kasus dibawah ini :
Aruni, anak pertama Melati (29), sudah berusia satu tahun. Namun Melati
masih sering merasa bayi itu tiba-tiba terlepas dari pelukannya saat Melati
berdiri di ketinggian. Padahal dia tidak sedang menggendongnya. Namun Melati
merasa bayangan itu adalah kenyataan.
Kalau perasaan itu datang, keringat dinginnya mengalir. Tak mudah bagi Melati menghilangkan bayangan mengerikan itu meski hal mengerikan lainnya sudah ia lewati.
Kalau perasaan itu datang, keringat dinginnya mengalir. Tak mudah bagi Melati menghilangkan bayangan mengerikan itu meski hal mengerikan lainnya sudah ia lewati.
“Waktu Aruni masih lebih kecil, saya sering membayangkan ada pisau menancap
di perutnya,” ujar Melati. Bayangan tentang pisau yang menancap di perut
sebenarnya sudah mulai mengganggu ketika usia kandungannya semakin tua.
Perasaan tidak menentu menyertai Melati seusai kelahiran Aruni. Yang
dominan, rasa ingin marah terus. “Saya kasihan pada suami karena ia sudah
berusaha keras untuk membantu, termasuk bangun malam. Tapi sedikit saja
kekeliruan bisa membuat saya meledak,”
kenang Melati.
Tak jarang Melati merasakan banyak kekhawatiran; khawatir tak bisa menjadi
ibu yang baik dan lain-lain. Juga rasa sedih yang tak tentu sebab. Kadang ia
merasa berada di padang luas tanpa batas. Sendirian. Sunyi. Perasaan kosong
yang teramat dalam, yang tak pernah bisa ia bagi kepada siapa pun.
Dampak Baby Blues Syndrome Kepada Anak
Meskipun bisa hilang dengan sendirinya, ibu yang
depresi karena baby blues dapat memberikan dampak negatif pada anak
jika tidak segera ditangani.
Ø
Masalah perilaku
Anak-anak dari ibu yang depresi lebih memungkinkan memiliki masalah
perilaku, termasuk masalah tidur, tantrum, agresi, dan hiperaktif.
Ø
Perkembangan kognitif terganggu
Anak nantinya mengalami keterlambatan dalam bicara dan berjalan jika
dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak depresi. Mereka akan
mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah.
Ø
Sulit bersosialisasi
Anak-anak dari ibu yang depresi mengalami kesulitan membangun hubungan
dengan orang lain. Mereka sulit berteman atau cenderung bertindak kasar.
Ø
Masalah emosional
Anak-anak dari ibu yang depresi merasa rendah diri, lebih sering merasa
cemas dan takut, lebih pasif, dan kurang independen.
Jika Anda menderita depresi karena baby blues, jangan merasa bersalah
atau malu. Gejala-gejala baby blues berada di luar kendali dan
tidak membuat Anda menjadi orangtua yang buruk. Akan tetapi mengingat dampak
yang terjadi pada anak jika dibiarkan berlarut-larut, penting untuk segera
mencari bantuan dari dokter atau psikolog.
Hal yang bisa dilakukan oleh Suami
Lantas, apa yang harus dilakukan oleh suami saat istri
mengalami baby blues? Ini jawabannya.
Ø
Ajak istri bicara
Jika Anda merasa istri menderita gejala-gejala tersebut, hal berikutnya
yang harus dilakukan adalah bicara dengannya. Dorong istri untuk berbagi
perasaan. Istri butuh diyakinkan bahwababy blues bukanlah
kesalahannya. Penelitian menunjukkan bahwa dukungan emosional dari pasangan
merupakan faktor penting dalam pemulihan dari depresi pasca-melahirkan.
Ø
Perlakukan istri dengan lembut
Kak Seto menyarankan agar para suami menghadapi istri dengan tenang dan
sabar. “Bimbing istri agar lebih realistis dalam menghadapi masalah. Jangan
mudah terpancing emosi apalagi sampai menggunakan kekerasan. Saat istri-istri marah-marah,
suami harus banyak mengalah,” terangnya.
Ø
Melakukan kiat-kiat untuk meminimalisir akibat dari baby blues syndrome
Baby Blues Syndrome memang bisa dikatakan gejala normal ibu pasca
melahirkan. Namun kondisi tersebut cukup menyiksa bagi ibu. Oleh karena itu di
perlukan kiat-kiat untuk menghindari atau meminimalisir kondisi akibat baby
blues syndrome tersebut.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan:
· Lakukan persiapan yang matang sebelum melahirkan.
· Lengkapi pengetahuan ibu akan perawatan dan kesehatan seputar bayi.
· Support dari keluarga sangat penting terutama dari suami guna menghindarkan ibu terkena baby blues syndrome.
· Berisitirahatlah selagi kesempatan untuk beristirahat itu ada.
· Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu yang lain dipercaya dapat mengurangi beban ibu pasca melahirkan.
· Perhatikan pola makan anda. jaga kebutuhan nutrisi dan vitamin bagi ibu.
· Be positif.
· Lakukan persiapan yang matang sebelum melahirkan.
· Lengkapi pengetahuan ibu akan perawatan dan kesehatan seputar bayi.
· Support dari keluarga sangat penting terutama dari suami guna menghindarkan ibu terkena baby blues syndrome.
· Berisitirahatlah selagi kesempatan untuk beristirahat itu ada.
· Berbagi pengalaman dengan ibu-ibu yang lain dipercaya dapat mengurangi beban ibu pasca melahirkan.
· Perhatikan pola makan anda. jaga kebutuhan nutrisi dan vitamin bagi ibu.
· Be positif.