Minggu, 11 Januari 2015

Tugas Ilmu Budaya Dasar

Benarkah Berbohong Sudah Menjadi Budaya?
oleh : Risky Andita Putri
1PA04
NPM : 19514507
 
PENDAHULUAN
“Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata Ia berdusta. Kedua, apabila berjanji Ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) Ia mengkhianatinya.” (H. R. Bukhari dan Muslim).
            Bohong dan budaya. Dua kata yang berbeda dan memiliki dua arti yang berbeda pula, tapi mungkinkah jika dua hal ini memiliki keterkaitan dan menghasilkan suatu hal yang baru?
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak ada dasar realitasnya. Berbohong adalah suatu hal yang dianggap tidak terpuji, karna berbohong bukanlah hal yang baik untuk dilakukan, karna pada dasarnya, apabila kita berbohong, kita tentu akan merugikan orang lain.
            Sedangkan budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
            Keterkaitan antara kedua unsur tersebut bisa dikatakan menghasilkan hal yang sangat buruk, mengapa? Karna seperti yang kita semua ketahui, berbohong adalah hal yang tidak baik, atau biasa disebut dengan perbuatan yang tercela. Sedangkan budaya, adalah suatu hal yang terjadi di sekitar kita, dan terjadi terus menerus atau bersifat berulang-ulang terjadi yang akhirnya menjadi kebiasaan. Tetapi pertanyaannya, benarkah berbohong sudah menjadi budaya?

PEMBAHASAN
Banyak sekali kategori bohong yang biasa ada di sekitar kita, baik itu bohong yang disengaja, bohong yang tidak disengaja, bohong yang dikatakan untuk kebaikan, dan masih banyak pula bohong bohong yang lainnya. Tapi dibalik kebohongan yang merugikan itu, tersimpan keuntungan, untuk siapa? Untuk si pembohong tentunya, yang akhirnya membuat dirinya merasa candu terhadap kebohongan itu dan terus menerus mengulangi perbuatan berbohongnya.
Pada zaman sekarang ini, banyak sikap-sikap yang sebetulnya tercela dan tidak patut dicontoh, justru menjadi budaya yang banyak ditiru oleh generasi-generasi penerus yang akibatnya justru sangat buruk dan bisa menghancurkan generasi itu sendiri. Salah satunya adalah sikap berbohong. Mungkin tidak ada manusia yang tidak pernah berbohong, seperti dijelaskan pada buku karangan Ian Leslie yang berjudul “Born Liars – Why We Can’t Live Without Deceit” yang secara jelas mengatakan bahwa manusia masih tetap ada karena Ia selalu melakukan kebohongan dalam hidupnya, dan apabila kebohongan itu dihapuskan, maka yang kemungkinan terjadi adalah kepunahan dari manusia itu sendiri, cukup aneh bukan?
            Ian Lislie menjelaskan dalam bukunya itu bahwa, setiap manusia selalu memotifasi dirinya sendiri dengan cara membohongi dirinya sendiri untuk terus termotifasi agar mendapat kehidupan yang lebih baik. Tapi dalam bentuk apapun itu dilakukan, hal itu tetaplah kebohongan. Tetapi dalam buku ini dijelaskan bahwa, kebohongan yang setiap manusia lakukan adalah tergolong sebagai kebohongan positif, maksudnya?
Saya mengambil contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari, kebanyaakan manusia yang gagal dalam usaha yang Ia lakukan akan berbicara kepada dirinya bahwa, itu belum rezekinya, itu adalah keberhasilan yang tertunda, atau, saya pasti bisa melakukan hal yang lebih baik dari ini, padahal belum tentu. Dan hal ini dialami oleh setiap tingkatan umur, baik itu kanak-kanak, remaja, dewasa. Semua mengalami fase ini.  Seperti misalnya pada anak-anak yang terjatuh, biasanya mereka akan menangis, dan menghampiri orang tua mereka, lalu orang tuanya berkata, “tidak apa-apa nak, ini hanya luka kecil sebentar juga akan sembuh” nyatanya, belum tentu sembuh secepat itu. Atau saat ada orang tua yang harus kerja lembur, tiba-tiba anaknya menelpon dan menanyakan kapan orang tuanya tersebut akan pulang, lalu orang tuanya berbohong dengan mengatakan, “iya sebentar lagi ya nak” sebentar yang orang tua itu beritahu, membuat anaknya percaya bahwa itu memang sebentar, tetapi nyatanya, mungkin tidak sesebentar itu. Seharusnya para orang tua lebih berhati-hati dalam berbicara agar tidak menjadi pengajar kebohongan untuk anak-anaknya dari hal-hal kecil.
Lalu selanjutnya masalah pada remaja, biasanya terletak pada lingkungannya, saya ambil contoh remaja yang kalah saing untuk mendapatkan perhatian orang yang Ia sukai, Ia akan berkata pada dirinya “aku lebih cantik dari dia” atau “aku lebih pintar dari dia” yang Ia lakukan bisa saja bohong, tapi kebohongan yang Ia lakukan adalah hal yang membuatnya termotifasi untuk lebih dan lebih lagi agar bisa mencapai hal yang Ia mau. Itu yang dikatakan Ian Lislie sebagai kebohongan positif yang apabila hilang, akan membuat spesies manusia punah dari muka bumi.
  • ·        Kebohongan tidak pernah pandang bulu
Setiap manusia, baik itu kalangan biasa maupun kalangan terpandang seperti pejabat, mentri dan jejerannya, pasti pernah berbohong. Seperti yang kita semua tahu, manusia adalah tempatnya salah, tidak peduli kedudukannya, tidak peduli jabatannya, selama Ia masih manusia, maka Ia adalah tempatnya salah. Seperti yang kita ketahui, sudah banyak kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh para pemimpin kita. Saya mengambil contoh kasus korupsi, banyak sekali mentri yang sebetulnya pintar tetapi selalu melakukan hal bodoh, menurut saya, beliau jelas-jelas berkedudukan sebagai wakil rakyat yang sudah sangat jelas tugasnya didedikasikan untuk rakyat, tetapi sama sekali tidak bekerja seperti itu, walau mungkin tidak semua wakil rakyat seperti itu, tetapi secara garis besar para petinggi-petinggi negara melakukan hal itu, yang membuat orang-orang di sekitarnya ikut terkena dampak jelek, yang akhirnya mendapatkan label jelek dari rakyat, bahwa semuanya sama saja, koruptor.
Saya tidak mengerti dengan sikap mereka yang masih saja memakan uang rakyat, memang belum cukup gaji mereka yang puluhan juta itu? Belum cukup fasilitas yang diberikan oleh negara sampai-sampai Ia masih belum puas dengan segala haknya dan mengambil hak milik orang lain? Atau Ia lupa dengan segala janji-janjinya untuk mensejahterakan rakyat? Atau janji itu hanya sebuah kebohongan belaka?
Bohong. Bohong dalam dunia politik tentu tidak akan ada habisnya bukan? Saya tahu manusia itu tempatnya salah, tapi saya yakin setiap manusia itu punya hati nurani. Menurut saya, tentu nikmat memiliki uang sebanyak para koruptor itu, bisa melakukan apapun yang saya mau, bisa membeli apapun yang saya suka, tapi bukankah itu hak orang lain yang seharusnya Ia berikan? Coba lihat bagaimana sengsaranya rakyat-rakyat kecil diluar sana, yang menanggung beban akibat ulah para pemimpin yang awalnya mereka percaya akan membeli angin sejuk pada kehidupan mereka, tetapi nyatanya justrus membuat mereka semakin sengsara. Mereka percaya dengan semua janji-janji palsu yang para wakil rakyat itu ucapkan, untuk membela hak-hak mereka, tapi apa yang mereka dapat? Masih tetap kesengsaraan, tidak ada hak mereka yang dibela, yang ada hanyalah hak mereka yang diambil oleh wakil mereka sendiri.
 Ini, satu dari sekian banyak kebohongan yang terjadi. Satu dari sekian dampak kebohongan yang telah terjadi dan banyak merugikan berbagai pihak, tetapi nyatanya, tetap tidak ada pelajaran yang diambil, masih tetap sama, masih tetap mengambil hak orang lain, masih menjadi koruptor, masih tetap menjadi pembohong.
Berbicara mengenai politik, itu sangatlah berat dan rumit untuk saya, karna sebetulnya, saya jauh dari kata mengerti mengenai politik itu sendiri, tapi sebagai warga dari negara demokratis, saya memiliki ketertarikan untuk mengomentari hal itu, dan menurut saya, hal itu sangat menarik karna penuh dengan kebohongan.
Bila bahasan tadi terlalu berat untuk saya, tentu bahasan ini akan menjadi bagian yang sangat saya sukai. Saya akan membahas kebohongan-kebohongan kecil yang terjadi di media informasi.
  • ·        Berbohong lewat iklan
Bila kita melihat televisi, tentu banyak iklan-iklan yang menarik perhatian kita, seperti iklan shampoo, sabun, bedak, susu, minuman, gula, dan masih banyak produk-produk lainnya. Saya meyakini bahwa orang-orang yang bekerja di bagian iklan tentu memiliki daya imajinasi dan kreatifitas yang sangat tinggi, tapi dibalik itu, saya juga baru sadar kalo ternyata merekalah yang mengajarkan kita untuk melakukan kebohongan-kebohongan kecil yang mungkin terlihat biasa saja, tapi tentu berdampak buruk untuk kita.
Di salah satu iklan shampoo terdapat adegan yang kurang lebih seperti ini :
Si B sedang mengobrol dengan si C di dapur
B : rambut kamu bagus ya.
Kemudian datang si A sambil menggaruk rambutnya yang kusut lalu berkata
A : tres**** aku mana ya?
B : aku gak lihat
Lalu si C menggelengkan kepalanya pertanda tidak tahu.
Lalu si A kembali berkata.
A : aku cari-cari gak ada.
Kemudian si A berlalu untuk terus mencari shampoonya. Setelah si A berlalu, si B dengan senyum kemenangan kepada si C menunjukkan shampoo tres**** yang di cari si A yang telah disembunyikannya di dalam kitchen set.
            Dari satu cuplikan itu, memang hanya terlihat seperti kebohongan kecil yang biasa saja, bahkan terkesan tidak berdampak. Tapi tahukah Anda bahwa hal sekecil itu dapat masuk kedalam pikiran bawah sadar kita dan justru membuat kita menganggap kebohongan kecil tadi adalah hal yang biasa dan tidak ada unsur negatifnya, ketika hal itu terjadi, secara tidak langsung justru kita akan melakukan kebohongan kecil tadi di dalam kehidupan kita, yang sebenarnya memang hal kecil, tetapi apabila sudah terbiasa akan mendatangkan dampak negatif yang besar untuk kita.
  • ·         Perbandingan kebohongan
            Jika kita bandingkan tingkat potensi kebohongan pada laki-laki dan perempuan ternyata tidak memiliki perbedaan. Laki-laki dan perempuan memiliki persentase potensi yang sama untuk melakukan sebuah kebohongan. Tetapi apabila kita bandingkan kehidupan masyarakat Indonesia di daerah perkotaan yang sudah modern dengan penduduk di pedesaan dan pedalaman tentulah berbeda. Tetapi sebenarnya kehidupan di desa atau pedalaman jauh lebih tentram dibandingkan dengan kehidupan di kota yang sangat rumit.
            Masyarakat pedesaan pada umumnya adalah masyarakat yang biasanya tidak terlalu tinggi dalam mengenyam pendidikan, tetapi dalam kehidupan mereka masih sangat kental kepercayaan kepada leluhurnya dan sangat memegang teguh hal itu. Mereka selalu menaati peraturan yang ada di daerah tempat tinggalnya yang merupakan aturan atau adat istiadat mereka. Beda dengan masyarakat perkotaan yang sudah mengalami globalisasi dan umumnya berpendidikan tinggi, justru kebanyakan dari mereka justru tidak menaati aturan yang ada di sekitar mereka.
            Kehidupan pada masyarakat Baduy adalah salah satu contohnya. Masyarakat baduy hidup jauh dari hingar bingar perkotaan, jauh dari kemewahan, bahkan mungkin jauh dari pendidikan yang bersifat formal, tetapi mereka sangat memegang teguh pada apa yang ditinggalkan leluhurnya, yang akhirnya dijadikan pedoman hidup mereka, yaitu tidak ingkar dan tidak berbohong. Bila hal ini di bandingkan dengan masyarakat perkotaan tentunya masyarakat kota yang lebih berpendidikan tentunya akan kalah dengan suku baduy yang tidak pernah ingkar dan berbohong seperti yang biasa terjadi di lingkungan sekitar kita.
  • ·         Bohong yang diperbolehkan
            Tetapi dibalik semua kebohongan yang berdampak negatif itu, tahukah ada bahwa ada bohong yang bersifat positif dan diperbolehkan?
Yaitu saat kita berbohong kepada seorang suami yang mengalami kecelakaan bersama istrinya, tetapi istrinya tidak dapat terselamatkan, maka yang dilakukan dokter adalah berbicara kepada suami tersebut bahwa istrinya baik-baik saja agar keadaannya tidak semakin memburuk, tetapi apabila keadaannya sudah membaik tetap harus diberitahukan bahwa istrinya telah meninggal.
            Juga saat kita berkunjung ke tempat orang lain atau bertamu, saat itu kita disuguhkan dengan berbagai hidangan, tetapi rasanya tidak sesuai dengan selera kita dan terkesan tidak enak, tetapi untuk menghargai pemilik rumah atau seseorang yang mengundang kita, tentu kita harus menghabiskan makanan itu dan menjawab bahwa makanan itu enak apabila si pemilik rumah menanyakannya. Walaupun itu tetap namanya berbohong, tapi hal itu dikatakan diperbolehkan karna memiliki dambak yang baik, yaitu untuk menjaga perasaan orang lain.
  • ·         Alat pendeteksi kebohongan
            Tahukah Anda bahwa sekarang ini sudah ada alat pendeteksi kebohongan? Alat ini dibuat dengan menerapkan berbagai ilmu pengetahuan, yaitu teknologi komputer, psikologi, kedokteran, biologi, fisika dan cabang ilmu lainnya. Metode dalam uji coba kebohongan ini sebenarnya adalah sebuah pendekatan untuk memprediksikan apakah subjek yang diinvestigasi sedang berbohong atau tidak. Alat ini biasanya digunakan untuk membantu dalam proses hukum dan dalam kebutuhan penelitian ilmu Psikologi. Metode pengujian kebohongan dilakukan dengan mengamati respon tubuh pada saat berbohong, secara umum orang sedang berbohong akan mengalami tekanan (stress) dan manifestasi stress bisa ditanggap dalam banyak bentuk (produksi keringat, perubahan bentuk tulisan tangan, panas pada kulit, perubahan suara, gesture, dan lain-lain). Respon tubuh diamati dan dijadikan dasar analisa untuk menilai seseorang berbohong atau tidak. Setiap metode memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing. Secara umum kelemahan alat pendeteksi kebohongan adalah pada saat proses penilaian terutama yang evaluasinya dilakukan secara manual. Akan sangat baik dalam melakukan test uji kebohongan dilakukan penggabungan beberapa metode, karena dengan hal itu diharapkan akan mendapatkan hasil test yang maksimal.

KESIMPULAN
            Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan, karna manusia adalah tempatnya salah. Seperti kata Ian Leslie, jika manusia tidak berbohong makan spesies manusia di bumi akan menjadi punah. Ternyata memang benar antara budaya dan bohong itu ada keterkaitan. Ternyata bohong memang sudah membudaya, apalagi di Indonesia itu sendiri. Ditambah dengan faktor globalisasi yang berkembang pesat mengakibatkan kebohongan itu ikut berkembang pesat juga. Mulai dari sikap tidak bertanggung jawab yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, hingga yg terjadi dalam media elektronik yang secara tidak sadar masuk dalam pikiran bawah sadar kita dan mengajarkan kita berbohong “keci-kecilan”.
            Walaupun ada faktor positif dari berkembangnya IPTEK dengan terciptanya mesin pendeteksi kebohongan, tetapi kejujuran manusia tetaplah yang harus menjadi prioritas utama untuk membuat generasi yang lebih baik lagi. Karna dari contoh-contoh yang sebelumnya sudah diuraikan dapat disimpulkan bahwa setiap generasi itu melakukan kebohongan. Dari mulai kanak-kanak sampai orang dewasa. Dari mulai kalangan biasa sampai kalangan terpandang juga melakukan kebohongan. Dan hal itu terus terjadi dari generasi ke generasi. Maka betul adanya bahwa kebohongan itu sudah membudaya di tengah arus globalisasi dan perkembangan IPTEK ini. Tentu ada dampak dibalik semua yang terjadi, tetapi jika bohong yg merugikan saja bisa membudaya, mengapa jujur yang menguntungkan tidak? Itu kembali pada diri Anda masing-masing.

 DAFTAR PUSTAKA
Aidit, Sobron (2005). Penalti Tanpa Wasit. Grasindo.
Leslie, Ian (2011). Born Liars – Why We Can’t Live Without Deceit. Quercus Books.
Sekardjati, Ayu (2014). Dia Jujur Gak Sih?. Pinang Merah Publisher.